Peserta yang merupakan diplomat itu selain mengikuti pembekalan di ruang kelas juga mengunjungi perkebunan serta pabrik pengolahan sawit. Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Achmad Maulizal Sutawijaya membuka kegiatan ini dengan memaparkan kondisi terkini industri sawit nasional dalam konteks perdagangan internasional. Selain itu disampaikan pula upaya yang telah dilakukan BPDPKS dalam mendorong pengembangan pasar baru ekspor sawit ke negara-negara non tradisional.
Para peserta juga mendapat pembekalan mengenai fakta seputar sawit dalam kaitannya dengan perhutanan, yang disampaikan oleh guru besar dari IPB Prof. Yanto Santosa. Peserta mendapat penjelasan bahwa kelapa sawit tidak identik dengan perusakan hutan. Fakta ini sekaligus membantah tudingan komunitas internasional yang mengaitkan antara sawit dan perusakan hutan.
Selain itu, dipaparkan pula kelapa sawit dalam aspek kesehatan oleh Prof. Dr. Ir. Ambar Rukmini, M.P, guru besar dalam Bidang Pangan dan Gizi, Universitas Widya Mataram Yogyakarta; aspek perdagangan oleh Agam Fatchurrochman, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki); dan aspek gastronomi oleh Pamungkas Trishadiatmoko, Wakil Presiden Indonesian Gastronomy Association (IGA).
Para diplomat juga memperdalam pengetahuan teknis seputar kelapa sawit, mulai dari pembibitan, pemanenan, hingga produksi CPO dan pemanfaatan limbah sawit untuk biogas. Di lokasi perkebunan, para peserta melihat proses pembibitan dan pemeliharaan kebun kelapa sawit serta pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO.
Selain itu para peserta juga melihat langsung proses pengolahan limbah kelapa sawit menjadi gas metana, yakni gas yang digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik. Para peserta diberikan pengetahuan mengenai produksi gas metana dari proses pembusukan limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) yang kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik.
Diklat ini merupakan salah satu prasyarat bagi para diplomat untuk memperoleh pangkat/gelar yang lebih tinggi. Para peserta diklat juga diproyeksikan untuk menduduki jabatan pimpinan di Kemlu dalam tiga hingga lima tahun mendatang.
Para peserta dibekali antara lain strategic diplomacy mengenai berbagai isu dan kebijakan strategis terkait bidang ekonomi dan digital. Salah satunya adalah diplomasi minyak kelapa sawit yang sangat diperlukan bagi menangani kampanye hitam. ***
0 komentar:
Posting Komentar